About Me

Dapatkan berbagai Informasi menarik Disini dari berbagai sumber terpecaya

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

Sunday, February 8, 2009

Irfan Bachdim, Pemain keturunan Indonesia Yang merumput di Belanda


19 tahun 6 bulan dan 6 hari, adalah waktu yang dibutuhkan seorang pemuda keturunan Indonesia, untuk melakoni partai penuh professionalnya di Liga Utama Eropa.

Nama sang pemuda adalah Irfan Bachdim. Beliau lahir dari ayah seorang Indonesia, Noval Bachdim dan ibu asli Belanda. Dengan tinggi 172 cm, Irfan memainkan posisi sebagai gelandang tengah di klub semenjana FC Utrecht.

FC Utrecht saat ini bertengger di papan tengah Eredivisie. Tim ini banyak dihuni pemain muda, yang berharap-harap cemas untuk siap “merumput” kapan saja. Termasuk seorang duta bangsa Indonesia, Irfan Bachdim. Dengan keuletan, dan sedikit bumbu keberuntungan, Bachdim mendapat “ganjarannya”.
Buah kerja kerasnya selama hampir 20 tahun, menghasilkan awal yang cerah dalam 2 x 45 menit di Galgenwaard Stadium. Di hadapan belasan ribu pasang mata, Bachdim berhasil menunjukkan performa maksimum, yang membuahkan sebuah tendangan penalti bagi timnya.

Dan meski sang eksekutor, gagal membuahkan gol dari titik 12 pas, hal tersebut tidak mengurangi prestasi Bachdim dalam debut penuh pertamanya. Irfan konstan bergerak di sisi sayap, satu hal yang mungkin kurang sreg dalam pikirannya. Karena posisi favoritnya adalah playmaker.

Namun pelatih punya pikiran lain, dengan tubuh yang tidak terlampau tinggi, Irfan dianggap punya nilai lebih dalam hal kecepatan. Dan pembuktian telah dilakukan.

Partai Utrecht melawan VVV Venlo memang menghadirkan sisi unik, khususnya bagi warga Indonesia. Selain Irfan Bachdim, sosok pelatih tim lawan, VVV Venlo yaitu Andre Wetzel, juga punya darah Indonesia. Hal tersebut pernah diungkapkan oleh BOLANOVA.

Kembali ke Irfan Bachdim. Awal perjuangan telah dimulai. Pilihan ada di tangannya, dengan terbukanya kesempatan yang lalu, Bachdim punya banyak kesempatan merajut menit demi menit pada pertandingan berikutnya.

Belajarlah dari kasus Kurniawan DY, ataupun Bima Sakti. Bahwa persaingan sepakbola Eropa memang sangat ketat. Bahwa mempertahankan performa akan jauh lebih sulit daripada merebut suatu posisi di lapangan.

Dan saya yakin, Bachdim punya karakter yang beda dari pemain lainnya. Dengan memutuskan berkarir semenjak usia 12 tahun di negeri seberang, dirinya pasti sudah memperhitungkan karir hidupnya secara matang.

www.djenol.blogspot.com

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan Pesan Anda