About Me

Dapatkan berbagai Informasi menarik Disini dari berbagai sumber terpecaya

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

Wednesday, June 10, 2009

Tips Cerdik Menyelesaikan Sengketa Ambalat

Sengketa Ambalat antara pemerintah Indonesia dan Malaysia, semakin hari semakin menghangat bahkan mungkin memanas. Hal ini dikarenakan kurangnya sikap tegas pemerintah Indonesia yang seakan-akan memberikan ‘angin segar’ terhadap ekspansi manuver-manuver kapal patroli di perairan Indonesia. Hidup bertetangga -dimanapun Anda berada- adalah hidup berdampingan, saling menghormati hak dan privacy serta saling menjaga perasaan. Berikut ini Tips Cerdik Menyelesaikan Sengketa Ambalat:



1. Berdayakan Potensi di Ambalat. Jangan sampai tragedi Sipadan-Lipadan terulang kembali dan Indonesia kalah di tingkat Mahkamah Internasional. Jangan sampai Indonesia kalah hanya karena Malaysia telah terlebih dahulu memaksimalkan potensi bahari yang ada disana.Untuk itu ada baiknya, pemerintah tidak menunda-nunda action, apabila keputusan perang memang sulit dibuat, segera ambil langkah untuk memberikan perhatian pada wilayah ini, melalui tindakan konkret seperti mengembangkan wisata bahari ataupun membangun resort di wilayah tersebu, lalu sinergikan dengan publikasi yang gencar ke seluruh negeri -bahkan dunia- mengenai indahnya Ambalat yang telah dikelola baik oleh Indonesia. Hal ini akan membentuk opini positif terhadap sikap Indonesia, perhatian Indonesia terhadap titik-titik pulau terluarnya.


2. Perundingan. Perundingan memang merupakan jalan damai yang bisa ditempuh dalam mengatasi sebuah konflik bilateral. Perundingan adalah perang non fisik yaitu perang strategi, perang gertak dan perang kecerdikan diplomasi. Namun perundingan tanpa bergaining position (posisi tawar) dan dukungan kekuatan di belakangnya, juga tidak akan terlalu berarti. Anda bisa kembali membuka buku sejarah, terkait dengan konfrontasi pembebasan Irian Barat. Indonesia bisa menang melawan Belanda di meja perundingan, karena ketika itu Sukarno mengerahkan segenap armada perangnya -yang konon terbesar di Asia Tenggara ketika itu- untuk membebaskan Irian Barat. Melihat keseriusan tersebut dari pesawat pengintainya, Amerika Serikat selaku sekutu Belanda, menekan Belanda untuk ‘melepaskan’ Irian ke Indonesia, karena berdasarkan analisa Amerika Serikat, apabila dilanjutkan maka akan terjadi perang besar yang berakhir kekalahan di pihak Belanda.


3. Implementasi Sikap Tegas. Apabila cara-cara persuasif tidak diindahkan, maka jangan ragu untuk menggunakan cara represif. Upaya menghalau kapal patroli malaysia tidak diindahkan, bahkan tindakan mereka kadang seolah ‘mengejek’ keberadaan pasukan TNI yang sedang bertugas di perbatasan. Jangan ragu untuk melakukan tidakan balasan. Ingat, cacing saja menggeliat kalau diinjak. Indonesia juga mesti bereaksi kalau memang sudah terlalu dilecehkan. Dan saya yakin, Tentara TNI di perbatasan juga akan dengan senang hati untuk bersikap tegas, setelah sampai detik ini mereka selalu ‘dibelenggu’ oleh perintah ‘menahan diri’ dari pimpinan mereka.


4. Membentuk Opini Publik. Berkonfrontasi dengan bangsa lain memang membutuhkan semangat nasionalisme yang kuat, yang konon katanya sudah tidak dimiliki bangsa kita. Untuk itu alangkah baiknya jika seluruh lini bangsa ini mulai bergandengan tangan dan tidak selalu bermusahan satu dengan yang lain. Buar opini publik bahwa kita adalah bangsa yang kuat dan solid, baik melalui statement-statement di media, memaksimalkan potensi media film melalui pembuatan film-film bertema perjuangan (Amerika selalu menggunakannya untuk membangun opini dunia melalui film-film propagandanya seperti Rambo, Black Hawk Down dan masih banyak lagi) maupun dukungan optimal media-media cetak dan elektronis. “Media jangan justru menelanjangi kelemahan bangsa untuk di-publish”, ungkap Mayjend (Purn) Kivlan Zen dalam sebuah wawancara di MetroTV pada tanggal 9 Juni 2009.




sumber : tipsanda

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan Pesan Anda