About Me

Dapatkan berbagai Informasi menarik Disini dari berbagai sumber terpecaya

Get The Latest News

Sign up to receive latest news

Sunday, July 12, 2009

Tips Mengajarkan Anak Tentang Benar & Salah

Usia pra-sekolah adalah saat yang ideal untuk mulai bicara mengenai konsep benar dan salah. Meski sebenarnya tak pernah terlalu dini untuk mengajarkan konsep kejujuran dan saling mengharagai. Tapi jangan sampai anak jadi ‘baik’ hanya karena menginginkan balasan (reward), atau untuk hukuman (punishment). Bukan karena mereka paham kenapa suatu sikap dikatakan salah. Berikut ini tips mengajarkan anak tentang benar & salah, dengan tipikal pelanggaran yang sering dilakukan anak pra-sekolah:


1. Bila Si Kecil Berbohong. Tim Gueroro (4th) dan adiknya Emma (3th), awalnya manis-manis saja bermain, sampai Emma bermaksud meminjam mainan Tim. Ketika Tim menolak, Emma merenggut mainan itu dari tangan Tim. Merasa dirampas, Tim menampar wajah Emma. Mendegar keributan itu, Mellie, ibu mereka mask untuk melihat apa yang terjadi. emma menjerit, “Tim memukulku!” Tim langsung membantah, “Enggak! Aku tidak memukul Emma!” tapi sang ibu mereka bisa melihat dengan jelas, bekas merah seukuran telapak tangan Tim di pipi Emma. Fakta: Kebohongan terhadap suatu sikap tak terpuji bisa menimbulkan kemarahan selain menyakiti. Tapi, tidak ada guananya orang tua lalu ‘meledak’. Hilangnya kontrol diri juga bisa membuat dia, dalam suasana panas, mencoba menutupi kesalahannya. Yang harus Dikatakan: Hindari mengajukan pertanyaan langsung tetang kejujuran terhadap anak, seperti, “Bisakah kamu manatap mata Mama dan mengatakan bahwa kamu tidak berbuat ini?” Hal ini justru akan membuat dia menggali lubang semakin dalam untuk menyembunyikan diri. Begitu menurut Michael Riera, Ph.D., co-author dari Right From Wrong: Instilling a Sense of Integrity in Your Child. Apa yang dikatakan Millie mungkin benar, “Mama bisa lihat kalau kalian berdua lagi kesal. Ada yang ingin kalian katakan pada Mama?” Nah, kalau ternyata Tim berkeras pada ceritanya, Anda mungkin bisa coba memberikan sedikit pancingan: “Kamu yakin? Kelihatannya kamu agak tidak enak ketika berkata tidak memukul Emma. Mama tahu orang kadang berbuat salah, apalagi kalau mereka sedang amrah. Tapi, bicara yang sebenarnya itu sangat penting, bahkan ketika kamu berbuat salah sekalipun”. Yang Harus Dilakukan: Setelah yakin tak ada yang terluka serius,Millie duduk bersama Tim dan bertantya kenapa tadi dia memukul adiknya, dan apa yang sebetulnya mungkin bisa dia lakukan. Kalau Tim benar-benar menyesal, Millie mungkin telat membantunya bertukar pikiran untuk membuat Emma merasa lebih baik (menawarkan waslap untuk mengompres pipi, misanya). Lalu, dia bisa mengingatkan keduanya kenapa harus bersikap jujur.


2. Mengucapkan Kata-Kata menyakitkan. Fai (5th) sangat suka bercerita dan berkhayal..dan kalau suda begitu, dia sering bertingkah dan tertawa mengikuti cerita buatannya itu. Melihat kakanya seperti itu, adiknya Lila suka mengatai, “Dasar Orang Gila!” Fakta: Anak kecil punya perasaan yang peka, tapi kosa katanya masih terbatas. Sehingga kemampuan mereka mengekspresikan emosi masih terbatas. Akibatanya kata-kata mereka sering terdengar kasar. Yang Harus Dikatakan: Mendengar komentar itu, Najmiah, ibu mereka biasanya akan menegur Lila dan bilang bahwa si kakak sedang bercerita. Dalam cerita itu “si tokoh” memang sedang tertawa, jadi Fai juga tertawa. Sebaliknya, kepada Fai dia akan bilang, “Kalau Fai mau cerita, bisa cerita kepada Mama saja.” Dengan begitu, dia tidak akan terlihat sedang berbicara sendiri. Yang Harus Dilakukan: Nejmiah juga menyarankan si kakak agar merekam saja ceitanya di tape agar sang mama bisa mendengarkan cerita itu sepulang dari kantor. “Untuk itu saya belikan Fai tape khusus merekam, seperti yang dimiliki wartawan.” katanya.



3. Melanggar Peraturan. Salah satu peraturan yang dibuah Najmiah di ruamh adalah tidak boleh menyetel DVD player sendiri. Tapi peraturan itu rupanya dilanggar fai dan Lila, hingga suatu kali perangkat elektronik itu jadi rusak. “Saya sampai malu karena teknisi yang memperbaiki DVD itu bilang, ‘Bu, ini DVD atau kulkas? Ada potongan keju, ada nasi, serbuk kue.’ Jadi rupanya, anak-anak suka pasang DVD cassette dengan tangan masih belepotan makanan!” kisah si Mama. Fakta: Meski tak bermaksud membuat DVD player itu rusak, Fai dan Lila jelas telah melanggar pertauran di rumah. Jadi, reaksi Najmiah adalah, “Kalian tidak boleh menyetel DVD selama seminggu!” Tapi mungkin akan lebih efektif lagi kalau kesempatan itu juga digunakan Najmiah untuk membuat anak-anak mengerti akan alasan sebenarnya di balik aturan itu. Yang harus dikatakan: “Mama bisa lihat, kamu pasti merasa tidak enak karena sudah merusakkan DVD palayer itu. Kalian tahu kan sekarang, kenapa tak diijinkan menyetel sendiri, apalagi dengan tangan kotor?” Seharusnya mereka bisa menyimpulkan (meski mungkin dengan bantuan), hal itu menyebabkan alat tersebut menjadi rusak. Yang harus dilakukan: Dalam kasus ini, Fai dan Lila pasti sudah merasa tak enak, jadi menerima hukuman tak boleh menyetel DVDplayer sendiri mungkin tak terlalu berarti. Yang mereka berdua butuhkan adalah kesempatan untuk memperbaiki sikap di kemudian hari. Hal itu akan membantu membangun kesadaran mereka, dan menegakkan nilai-nilai aturan tadi. Intinya, tujuan sebeanrnya dari sikap disiplin bukanlah menghukum. Hal itu justru untuk membantu anak, agar benar-benar ingin berbuat hal yang benar.





sumber : tipsanda

Artikel Terkait



0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan Pesan Anda