MUSIM 2007 lalu, coach Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan dapat sukses ganda. Polesan tangan dinginnya mampu meraih gelar double winner. Yaitu juara Liga Djarum Indonesia (LDI) XIII dan Copa Dji Sam Soe Indonesia (CDSSI) III.
Pria 42 tahun juga ketiban sukses pribadi. Dia dinobatkan sebagai pelatih terbaik di kedua kompetisi tersebut. Sekaligus pelatih paling fair play versi Jawa Pos. Namun tidak dimusim 2008/2009.
Pelatih asal Metro, Lampung, belum mengantongi prestasi pribadi apapun. Meski dia sukses mempertahankan gelar CDSSI IV bersama Laskar Wong Kito. Justru, gelar pelatih terbaik Djarum Indonesia Super League (DISL) I dan fair play edisi II presented Jawa Pos, sudah dirampas Jacksen Fereira Tiago (Brasil), coach Persipura Jayapura.
“Saya tidak kecewa. Itu justru membuat saya termotivasi untuk bisa lebih fair play musim-musim mendatang,” ungkap Rahmad Darmawan, kemarin (5/7).
Musim 2008/09, ada nilai minus yang membuat Rahmad gagal meraih pelatih fair play presented Jawa Pos. Dibeberapa laga, dia kerap protes berlebih pada kepemimpinan wasit.
Misalnya, saat away lawan Persiwa Wamena pada DISL I di Wamena, 6 Juni lalu. Dia memprotes kepemimpinan wasit Najamudin Aspiran (Balikpapan). Dibeberapa laga, Rahmad juga sering berang pada wasit.
Paling fatal, saat meladeni Persib Bandung pada CDSSI IV di Bandung, Mingu (12/4) lalu. Dia protes keras pada Jimmy Napitupulu (Jakarta), wasit yang memimpin laga.
Pria kelahiran 28 November 1966 pun didenda komisi disiplin (komdis) PSSI Rp 25 juta. Meski Copa diluar penilaian DISL dan Jawa Pos Faor Play, tapi itu juga bukti bahwa Rahmad belum layak mendapat gelar fair play musim ini. “Saya ingin berusaha untuk menahan diri. Bagaimana pun, kepemimpinan wasit di lapangan harus dihormati. Jujur, saya harus belajar lebih banyak lagi untuk bersabar dalam segala situasi,” pungkas suami Dinda Etty. (mg2)
sumber : sumeks
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Anda