Dua jurnalis kantor berita Associated Press (AP) terluka setelah terkena ledakan bom di tengah tugas peliputan di Afganistan bagian selatan. Salah satu jurnalis berasal dari Indonesia, yaitu Andi Jatmiko, dan seorang lagi berasal dari Spanyol, Emilio Morenatti.
Kantor berita AP dan laman stasiun televisi CNN , Rabu 12 Agustus 2009, mengungkapkan bahwa Jatmiko bekerja sebagai juru kamera untuk stasiun televisi berita milik AP, APTN, dan Morenatti merupakan seorang fotografer.
Insiden terjadi saat mereka ikut dalam konvoi pasukan Amerika Serikat (AS), Selasa 11 Agustus 2009. Mobil yang mereka tumpangi terkena ledakan bom yang dipasang di tepi jalan. Menurut AP, mereka terkena bom rakitan, namun tak dijelaskan siapa yang memasang bom itu.
Jatmiko dan Morenatti langsung dibawa ke rumah sakit militer di Kota Kandahar. Jatmiko (44 tahun) menderita luka di kaki dan patah dua tulang rusuk.
Morenatti menderita luka lebih parah. Pria 40 tahun itu harus merelakan salah satu kakinya diamputasi setelah terluka parah. Menurut blog di laman The New York Times mengungkapkan bahwa saat ini kedua korban telah dipindahkan ke rumah sakit di Dubai, Uni Emirat Arab.
Jatmiko merupakan jurnalis yang berpengalaman meliput kawasan Asia selama lebih dari 10 tahun. Begitu pula, dengan Morenatti, yang sudah berpengalaman meliput medan-medan konflik di Afganistan, Isral, dan Palestina. Dia pun baru mendapat anugerah Newspaper Photographer of the Year in 2009 oleh lembaga Pictures of the Year International.
Presiden AP, Tom Curley, mengatakan bahwa kecelakaan yang mereka alami merupakan "risiko yang setiap hari harus dihadapi para jurnalis seperti Emilio dan Andi saat berada di garis depan wilayah-wilayah yang paling berbahaya di dunia."
Menurut data dari Committe to Protect Journalists, yang berbasis di New York, Afganistan masuk peringkat 11 dalam daftar negara yang paling berbahaya bagi jurnalis. Sejak perang saudara di Afganistan 1992, sudah 18 pewarta terbunuh. Bahkan 16 kematian wartawan terjadi sejak perang melawan teroris di Afganistan 2001. (vivanews.com).
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Anda