2. Terlalu Banyak Bicara. Terlalu banyak bicara, akan mengesakan bahwa Anda adalah seorang ayah yang cerewet, pengatur, tidak percaya pada kemampuan orang lain yang akan mengakibatkan Anda terliwat tidak berwibawa di mata anak Anda. Cobalah untuk memilah permasalahan rumah tangga, mana yang perlu Anda ambil alih dan mana yang hanya perlu Anda amati proses penyelesaiannya.
3. Penengah Yang Tidak Netral. Sang ayah biasanya selalu menggebu memberikan dukungan, sambil berteriak, “Ayo dung pak wasit, seperti itu saja Anda anggap pelanggaran!”. Perlu Anda sadari bahwa ini bukan pertandingan hidup-mati antara Manchester United vs Liverpool. Ini hanya sebuah pertandingan kecil, dan anak Anda mungkin baru 25 kg beratnya. Intinya adalah Anda tidak perlu menganggap anak Anda berbeda dengan anak-anak lain sehingga Anda harus selalu melicinkan jalan hidupnya terus menerus. Anak anda tidak perlu kehadiran Anda sebagai wasitnya wasit. Biarkan dia berproses dalam memulai meniti jalan hidupnya.
4. Subyektif. Sebagi ayah Anda harus dapat mulai bersikap obyektif dalam memandang persoalan. Cabalah untuk selalu melihat permasalahan anak Anda lebih dari 1 sudut pandang semata (subyektif). Ketika anak Anda dihukum guru karena telah melakukan pelanggaran/kesalahan di sekolah, maka Anda harus bisa menerima hal tersebut sebagai bagian dari pembelajaran rasa tanggung jawab terhadap dirinya.
5. Tumpuan Harapan. Walaupun Anda sebagai tumpuan serta tulang punggung keluarga, yang bekerja membanting tulang dengan berangkat pagi pulang malam, ada baiknya Anda tetap pula dekat dengan anak dan keluarga Anda. Janganlah menjadikan peran utama Anda tersebut sebagai pembenaran, ketidakeratan hubungan Anda dengan keluarga. . Lakukan beberapa pendekatan-pendekatan sikap, misalnya ketika sedang berada di luar kota atau luar negeri, teleponlah si kecil untuk sekedar menanyakan kepadanya jalan cerita film favoritnya sore itu atau kirimkan MMS (multimedia message service) foto Anda dengan artis idola si kecil ketika Anda bertemu dengannya di bandara. Hal ini akan menghindarkan Anda dari julukan ‘Patung Yang Dikagumi Keluarga Anda’.
6. Pilih ‘Ini’ Atau ‘Itu’. Jika si kecil melanggar disiplin, jangan berikan pilihan. Misalnya saat Anda berteriak, “Lepaskan ikatan adikmu sekarang juga, atau tidak ada Play Station (PS) selama seminggu!”. Kalimat pilihan ‘ini’ dan ‘itu’ yang menawarkan kepatuhan, semata-mata adalah pelajaran analisa untung rugi, di mana anak usia 6 th menimbang kesenangannya untuk menyakiti adiknya atau melawan kesedihannya seminggu karena tak diijinkan bermain PS. Dia tahu bahwa Anda tidak sungguh-sungguh menawarkan pilihan seperti itu, tetapi pilihan tersebut membentuk makna tersirat bahwa Anda lebih berwenang mengatur seluruh alat rumah tangga daripada seharusnya. Jika seorang ayah berharap akan menikmati perannya sebagai ayah pada 8 sampai 10 tahun pertama, maka Anda harus memerlukan suara singa, untuk siap berteriak mengehantikan kekacauan secara instant. Memberikan pilihan ‘ini’ dan ‘itu’ justru akan membuyarkan otoritas ’singa’ itu
7. Ayah Yang Keibuan. Dewasa ini, Pola pengasuhan anak tidak lagi terpaku pada gender. Sering didapati, seorang ibu bekerja mencari nafkah , sementara sang ayah mengurus rumah tangga dan melakukan tugas memasak. Tetapi membersarkan anak tidak bisa seluruhnya hanya dengan netralitas kelamin. Posisi ayah dan ibu tidak bisa tergantikan. Untuk itu, Anda tidak perlu menjadi: lebih peka, lebih berempati, lincah jungkir balik mengatur rumah tangga dan anak-anaknya, layaknya seorang ibu. Yang perlu Anda lakukan adalah just be your self , Anda akan lebih dan lebih cocok dengan hal-hal yang bersemangat tinggi, dengan gelak tawa yang nyaring serta bercerita tentang singa-singa reksasa. Biarkanlah kromosom Y anda mengarahkan Anda menjadi pemandu yang baik.
sumber : tipsanda
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Anda