PALEMBANG - Kalau saja Sriwijaya FC (SFC) menang atas PSM Makassar, mungkin fans tidak khawatir berlebih. Sebab, kans bersaing merebut trofi kampiun tetap terbuka. Tapi, tadi malam (Sabtu, 29/3), tim berjuluk Laskar Wong Kito hanya bermain imbang 0-0 pada laga ke-25 Djarum Indonesia Super League (DISL) 2008/2009.Tambahan satu poin, tak cukup untuk mempersempit gap dengan pemuncak sementara Persipura Jayapura. Sebab, disaat bersamaan, Mutiara Hitam tim berjuluk Persipura justru menang 4-0 atas tamunya PSIS Semarang.Saat ini, Persipura mengemas 55 poin. Sementara Sriwijaya sendiri 48. Terpaut perbedaan 7 poin. “PSM bermain lebih cerdik dan dewasa. Kami begitu kesulitan menembus pertahanannya yang sangat rapat,” ungkap Coach Sriwijaya Rahmad Darmawan.Sebenarnya, Sriwijaya FC berada di atas angin. Peluang gol begitu banyak tercipta. Menit ke-21, heading Keith Kayamba hanya melenceng tipis di sisi kiri gawang PSM, yang dikawal Frenky Irawan alias Frey. Begitu pun Budi Sudarsono. Tendangan kerasnya menit ke-26, juga melenceng tipis. Termasuk heading-nya menit ke-32, jatuh tepat di pelukan Frey. Peluang paling bagus via Obiora Richard. Sayang, tendangan kerasnya menit ke-75, justru kena tiang kanan gawang Frey.
Sriwijaya FC juga gagal memanfaatkan keunggulan jumlah pemain. Menit ke-77, PSM harus bermain dengan 10 pemain. Sebab, defender Quadja Sakibou diusir wasit Anang Suryana (Jakarta).
Dia diganjar kartu kuning kedua, usai melanggar Oktavianus. Satu kartu kuning sebelumnya, diterima pada menit ke- 49. “Meski seri, tapi jujur permainan kali ini jauh lebih baik saat kami menghadapi Deltras. Tapi, dari segi hasil tentu tidak memuaskan,” lanjut pelatih berusia 42 tahun ini.
Bagi PSM, satu poin adalah hasil maksimal. Meski donasi satu poin tak membuat mereka meranjak dari posisi ke-8. Tapi, Coach Hanafing justru tidak merasa puas. Misi dua away-nya untuk meraih minimal 3 poin melenceng. Sebab, sebelum imbang 0-0 dengan Sriwijaya FC, Rabu (25/3) juga imbang 2-2 dengan PSMS Medan. “Dari awal saya katakan, labih baik kami menang sekali kalah sekali. Itu artinya tiga poin. Dari pada seri dua kali berarti 2 poin,” ungkap Hanafing.
Tapi, pelatih asal Makassar tetap memberi apresiasi. Paling sepesial pada kiper Frey. Sebab, dia telah melakukan beberapa kali penyelamatan gemilang. “Tak salah dia (Frey, red) di panggil timnas U-23. Dia sudah menunjukkan kelasnya sebagai salah satu penjaga gawang masa depan,” pungkasnya.
Kemenangan ini, membuar rekor pertemuan kedua tim tidak berubah. PSM masih unggul 3-2. Maksudnya mengemas 3 kemenangan, Sriwijaya 2. Nah, sejak Liga Indonesia bergulir kali pertama pada 1994/1995, hingga laga kemarin, ada 9 kali sua antara Sriwijaya FC dengan PSM Makassar. Termasuk ketika SFC belum di-take over (2004). Atau ketika masih bernama Persijatim FC dan Solo FC.
Pertemuan kali pertama, terjadi pada Liga Indonesia 2003. Tepatnya pada putaran I, pada 7 Maret 2003. SFC (dulu Persijatim), menang 2-1 di kandang sendiri, lapangan Bea Cukai Kuningan, Jakarta Timur.
Nah, dua away sudah menanti Sriwijaya. Yaitu lawan Persib Bandung dan Persitara Jakarta Utara. Namun, tak ada laga yang digelar di pulau Jawa rentang 16 Maret hingga 5 April.
BLI sendiri memberikan solusinya berupa centralisasi yang dipusatkan di Jatim. Tapi, jadwal pastinya baru akan ditentukan 4 April mendatang. Ini sebuah keuntungan. Sebab, dua away sama artinya laga netral.
Ada empat stadion yang bakal digunakan. Yaitu Kanjuruhan Malang, Stadion Brawijaya Kediri, Stadion Surajaya Lamongan, dan Gelora Deltra Sidoarjo. "Itu kesempatan kami meruap 6 poin penuh. Tidak akan kami sia-siakan," tukas Manajer Sriwijaya FC, MC Baryadi. (mg2)
sumber : sumeks
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Anda