Live TPI pukul 14.00 WIB
JINAN - Power Sriwijaya FC (SFC) masih compang-camping. Sebab, tim berjuluk Laskar Wong Kito—julukan SFC—masih krisis kiper saat meladeni Shandong Luneng Taishan, China, di Stadion Shandong Expo'70, Jinan.
Di laga kedua Liga Champion Asia (LCA) tersebut, Coach Rahmad Darmawan hanya mengandalkan satu kiper, Dede Sulaiman. Sebab, AFC (Konfederasi Sepakbola Asia), belum mengeluarkan surat pengesahan kiper anyar Fauzi Toldo.
Beruntung pelatih kiper Indrayadi telah didaftarkan. Jika Dede sedang “kacau”, dan Fauzi Toldo hanya termangu menanti surat, toh masih ada Indrayadi yang akan mengawal gawang tim double winners.
“Cobaan sepertinya tidak pernah berhenti mendera tim kami. Kondisi sangat menyulitkan. Tapi, saya berharap besok (hari ini, red), AFC sudah mengeluarkan surat pengesahan Fauzi,” terang Rahmad.
Sebenarnya kondisi Dede tidak fit seratus persen. Kiper kelahiran 3 Maret 1986 ini masih berkutat dengan nyeri engkel kalan (sparin ankle dextra). Keberangkatannya ke Jinan, terkesan dipaksakan. Toh, itulah satu-satunya kiper tersisa.
Sedangkan kiper utama Ferry Rotinsulu, masih menjalani pemeriksaan di RS Mount Elizabeth Singapura. Sementara kiper lainnya, Afriyanto, masih terbaring di RS RK Charitas, pasca-operasi kaki kanannya yang patah. “Semoga kami bisa membuat kejutan di tengah keterbatasan ini,” tandas pelatih 42 tahun ini.
Mengandalkan Indrayadi sebagai back up Dede sebenarnya riskan. Sebab, usianya tidak lagi muda. Meski pernah tampil di SEA Games dan Piala Kemerdekaan edisi 1993, tapi usianya sudah 39 tahun. Indrayadi sendiri kelahiran Sungai Liat, Bangka, 24 April 1969. “Kami sangat berharap doa dan dukungan, terutama dari masyarakat Sumsel sendiri agar kami bisa bermain maksimal,” timpal manajer tim MC Baryadi.
SFC juga berhadapan dengan cuaca sangat dingin. Sebab, temperatur di Jinan berkisar 7-13 derajat Celcius. Ini jelas jadi ancaman. Menurut Rahmad, satu hari tidak cukup langsung beradaptasi. “Tapi, kondisi anak-anak semua sehat. Hanya mereka sedikit terkejut dengan suhu udara dingin seperti di Jinan ini,” bebernya.
Sementara, Shandong Luneng sedang berdebar-debar menanti SFC. Sebab, tim asuhan Ljubisa Tumbakovic (Serbia), mengusung beban harus menang. Mayoritas media (pers) di kota berpenduduk 5,9 juta jiwa ”menekan” habis-habisan juara Chinnese Super League (CLS) 2008.
Maklum, kalah 0-3 dari Gamba Osaka, Jepang, Selasa (10/3) lalu, ibarat pukulan telak. Toh, Shandong Luneng sendiri sejak 2006 lalu juga menyandang julukan tim double winners.
Sebab, tim berdiri sejak April 1956 menyandang dua gelar juara dalam semusim (2006). Yaitu juara CCSL dan Chinesee FA Cup (sejenis Copa Dji Sam Soe Indonesia). “Begitu banyak yang mencela kami saat kalah dari Gamba. Itu lumrah, tapi mereka (pers) sepertinya tidak tahu betapa sulitnya menghadapi tim besar,” terang Ljubisa pada AFC.
Pers di Cina, termasuk yang terkejam setelah pers Inggris. Kritik bertubi-tubi, menjadi langganan sehari-hari. Terbukti, saat Yang Ceng dkk kalah 0-3 lawan Gamba, pers ramai-ramai mengkritik.
LNTS—situs resmi Shandong Luneng—justru menulis head line paling pedas, Shandong Down. Alias Takluknya Raksasa (juara). Begitupun media lokal di Jinan, seperti Dazhong Ribao, Jinan Times, dan Qingdao Daily menjadikannya headline. “Sebenarnya kami beruntung. Dari segi permainan, kami tidak kalah. Tapi sudahlah, itu tidak mengubah apa-apa. Sekarang, yang kami pikirkan lawan Sriwijaya,” lanjut pelatih kelahiran Cyrillic, Serbia, 2 September 1952 ini.
Mereka punya persiapan khusus. Di antaranya menambah satu gelandang serang anyar, Roda Antar. Pria kelahiran Freewon, Sierra Leone, 12 November 1980 ini pernah merumput di Bundesliga (Jerman). Di antaranya Hamburger SV edisi 2001-2003. Kemudian SC Freiburg edisi 2003-2007. Serta 2008 bersama FC Koln dan FC Cologne.
“Tekanan pasti ada karena status kami tuan rumah. Namun, kami ingin menikmati laga ini,” tandas Ljubisa. (mg2)
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan Pesan Anda